Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Amsal 27:17 Besi Menajamkan Besi

Renungan Amsal 27:17 Besi Menajamkan Besi

Besi Menajamkan Besi

Oleh Zevanya Probo Retno 

Amsal 27:17 (TB) Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. (BIMK) Sebagaimana baja mengasah baja, begitu pula manusia belajar dari sesamanya.

Hampir semua manusia merasa nyaman dengan zona nyamannya dan hampir semua manusia akan merasa senang ketika orang-orang setuju dengan pendapatnya. Ataupun mendukung setiap keputusan yang ia ambil. Tapi bagaimana ketika dia harus keluar dari zona nyamannya? Bagaiaman jika orang-orang tidak setuju dengan pendapatnya, orang orang tidak mendukung setiap keputusannya? Apakah ia tetap merasa nyaman? Apakah ia bisa merasa bahagia? Apakah ia bisa menerima hal itu? Saya rasa jawabannya adalah TIDAK dan saya rasa Andapun akan menjawab hal yang sama. Dan bagaimana jiwa kejadian yang serupa terjadi pada Anda dan saya, apa yang menjadi respon kita?

Ayat ini sangat sering saya dengar, bahkan sayapun menghafalkan ayat ini. Tapi saya tidak begitu memahami apa sebenarnya maksud dari ayat ini, apa tujuannya untuk hidup saya. Ayat ini sangat sederhana tetapi memiliki makna yang sangat dalam. 

Besi semakin diasah maka akan semakin tajam pula besi tersebut. Begitu juga dengan manusia, semakin banyak pergumulan, permasalahan yang dihadapi maka akan semakin tajam juga hidupnya. Setiap masalah dan setiap pergumulam yang dihadapi, itu dipakai Tuhan untuk membuat kita semakin dewasa dan Tuhan juga rindu untuk kita datang kepada Tuhan dan meletakkan setiap beban hidup kita kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberikan kelegaan kepada kita (Matius 11:28). 

Seringkali kita hanya akan merasa senang dengan orang-orang yang mendukung dan setuju dengan kita, dan kita akan merasa tidak suka ketika ada seseorang yang tidak sejalan dengan apa yang kita pikir baik. Bahkan bisa saja kita membenci orang tersebut. 

Tapi apakah kita pernah berpikir bahwa Tuhan seringkali memakai orang-orang yang ada disekitar kita untuk mengasah kita. Bahkan Tuhan memakai orang-orang yang melayani kita, mereka yang berdoa dan berjaga-jaga bagi jiwa kita, mereka yang peduli pada kita dan melihat setiap bagian kecil dosa kita, yang itu harus dimatikan.

Kita justru akan bertumbuh dilingkungan di mana orang-orang tidak setuju dan tidak sependapat dengan kita, hal ini menajamkan. Membawa kita pada cara berpikir yang baru, untuk mereformasi setiap cara berpikir kita yang seringkali tidak Alkitabiah. Kita membutuhkan orang-orang yang memiliki ketajaman pikiran dan mereka adalah orang-orang saleh, mereka Alkitabiah dan kehidupan mereka terbukti berhasil dalam hal ketaatan kepada Allah.

Lalu bagaimana ketika kita berada dilingkungan yang selalu mendukung kita, kita akan cepat merasa puas dan kita tidak akan berpikir lebih jauh lagi. Karena lingkungan kita selalu setuju dan sependapat dengan kita. Orang-orang yang menyenangkan hati kita sulit untuk menajamkan kita. Kita akan dewakan cara berpikir kita, kita tidak kembali ke Alkitab sebagai pondasi berpikir kita, sehingga menghasilkan tindakan yang tidak berdasarkan kehendak Tuhan. 

Ketika cara berpikir kita tidak dipengaruhi Alkitab. Sangatlah penting kita bersama-sama orang-orang Alkitabiah, untuk membawa kita kebali ke pondasi berpikir yang benar, tidak berdasarkan dunia ini. Inilah yang dimaksud dengan manusia menajamkan manusia.

Dukungan dari orang-orang sekitar memang sangat penting, namun ada kalanya kita juga membutuhkan orang-orang yang tidak setuju dan sependapat dengan kita. Dari situ kita akan semakin diasah. Semakin kita diasah maka kita akan semakin tajam. Tetapi ketika kita tidak pernah diasah maka kita akan menjadi tumpul dan tidak dapat dipakai. 

Ada orang yang Tuhan ijinkan untuk membuat kita merasa jengkel, kecewa, sakit hati, marah, dan terluka. Tapi dari hal itu potensi-potensi yang ada dalam diri kita bisa keluar karena kita terus diasah orang orang-orang tersebut. Yang paling bisa membentuk kita adalah orang-orang terdekat kita.

Besi dengan besi jika terus digesek akan panas, dan bisa juga muncul percikan api, tapi akan menjadi tajam. Jika tidak digesek maka dia akan menjadi tumpul dan tidak dapat dipakai. Maka penting untuk terus digesek supaya bisa tajam dan dapat digunakan. Besi akan berguna ketika besi tersebut tajam, ketika tumpul dia tidak akan bisa dipakai dan tidak berguna.

Kita dapat bersyukur bahwa manusia sejati yang menyatakan bahwa kita adalah sahabat-Nya. Ada bersama-sama dengan kita, kita ada di dalam Dia dan Dia di dalam kita. Yesus Kristus Dialah sahabat kita, Dia yang telah memberikan diri-Nya disalibkan, ditimpakan murka Allah dan menjadi dosa, karena semua dosa kita diberikan kepada-Nya. Sehingga kita yang bertobat dari dosa, percaya kepada-Nya, memperoleh hidup kekal dan berposes bersama dengan-Nya untuk menjadi semakin serupa dengan Dia. 

Yesuslah yang terus membawa kita melalui Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kitapada kehidupan yang dipertajam. Kehidupan yang benar-benar berarti, dan kehidupan yang memuliakan Allah dalam kepuasan yang Dia berikan kepada kita, kita dijadikan anak Allah dan dikasihi untuk semakin serupa Yesus dari hari ke hari.

Sekarang kita tahu, bahwa tujuan dari semua proses hidup kita adalah Yesus Kristus, seorang sahabat sejati. yang ada bersama-sama kita dalam susah dan senang, yang mempertajam kita dan membawa terus diri kita kepada kemuliaan-Nya. 

“Diproses memang tidak mudah dan tidak enak, tapi jika kita bisa melewati setiap proses yang ada, Tuhan akan pertajam dan Tuhan akan pakai kita secara luar biasa untuk kemuliaan Tuhan.”

Posting Komentar untuk "Renungan Amsal 27:17 Besi Menajamkan Besi"